Kamis, 25 Juni 2015

Awal Perjalanan, Memulai Kisah Sokola Asmat


...ini kisahku, pada tahun 2008-2009, menjadi Anggota PILAS Institute. saat itu, Sokola Rimba bekerja sama dengan PILAS untuk memberikan pendidikan alternatif di komunitas Togutil di Taman Nasional Ake Tajawe Lolobata, Halmahera, Maluku Utara. Selama dua bulan lebih, saya tinggal dengan komunitas togutil bersama Habibi, Guru Sokola Rimba. Setalah itu, kisahku terhenti. ini sebatas kerjasama antar lembaga.

Hingga pada tahun 2013, hanphone saya berdering. Habibi mengghubungi, menanyai kabar soal aktivitas keseharian saya. Tidak banyak ngobrol, Habibi hanya melontarkan pertanyaan yang tak bisa saya tolak. "Ayo bergabung dengan Sokola, kita mengajar di Asmat, untuk lebih lanjud, nanti Kang Dody yang telpon". 
Akhirnya, setelah lima tahun, saya pun bergabung ke Sokola dan mulai berangkat dari ternate menuju Kranji Bekasi, di Rumah Sokola dan bertemu para pendiri Sokola.

Saat itu, Senin, 14/10/2013 malam, berkisar pukul 20.10 WIB saya dan Kusnul Wahyu (Pulunk) memulai perjalanan.  awal dari kantor Perkumpulan Sokola di jalan Jenggala 1 No 7 Kompleks Depnakertrans, Kranji, Bekasi menuju Bandara Soekarno-Hata untuk Perjalanan udara menuju Timika  ke Asmat, Papua. Tepatnya di Kabupaten Agats sebelum ke Mumugu Batas Batu lokasi kita mengajar.
pesawat Garuda boing GA O652  yang kami tumpangi batas cek-in pukul 21.30 WIT dan berangkat pukul 22.00 WIB, Kita butuh waktu satu setengahjam untuk ke bandara. Sedangkan waktu normal kurang lebih dua-tiga jam untuk sampai ke bandara. Malam itu,Kak'Butet (Sapaan Ketua Perkumpulan Sokola Rimba Butet Manurung) bersedia mengantarkan kita ke bandara sambil nyetir mobil, ngebut!.
Sebelumnya, dalam perjalanan ke Bandara, nafas saya terengah-engah, wajah terlihat pucat pasih, Kak Butet yang waktu itu menyetir mobil juga panik sebab harus melaju dengan kecepatan tinggi, terburu-buru jangan sampai saya dan Pulunk ketinggalan pesawat padahal, beberapa kali jalanan macet. Namun hebatnya Kak Butet mampu meredamkan suasana ketegangan saya yang waktu itu ketakutan dengan lajunya mobil. Sambil menyetir mobil, Kak Butet masih sempat bercerita suka-duka di Rimba-Jambi  saat menjalankan Program Sokola Rimba. Seru!
Al-hasil, kita sampai ke bandara pukul 21.25 WIB. Masih ada sisa waktu lima menit untuk cek-in. ciuman di pipi dari Kak Butet sebagai tanda salam berpamitan adalah hal yang tak bisa dilupakan oleh kita. Hal itu pun dirasakan oleh murid-muridnya di rimba yang juga menjadi guru bagi kak Butet. Bagi saya, ciuman pipi tersebut menandakan kasih sayang Kak Butet terhadap anggota guru Sokola dan sebagai tanda salam sayang untuk murid-murid Sokola, berdasarkan pengalamannya selama di Jambi.
Pesawat pun menuju Denpasar, Bali. Berkisar 50 menit perjalanan lanjut ke KabupatenTimika, Papua. Harga tiket pesawat Garuda perorang Rp2.817.000,00Pagi itu Hari Raya Idul Adha 1434 H, 15/10/2013 pukul 06.30 WIT, kita sampai di Timika, Papua. Sesampai di Timika, 30 menit perjalanan langsung dengan pesawat berkapasitas penumpang sembilan orang menuju bandara Ewer, Kabupaten Asmat. Ada yang unik di sini cek-in harus ditimbang barang beserta penumpang untuk mengantisipasi berat muatan, ini pengalaman pertama dalam hidup kita.
Kurang lebih muatan kita 57 kg ditambah berat badan saya 50kg dan Pulunk 80Kg. Untuk menuju Ewer kita harus mengeluarkan uang senilai Rp. 2.200.000.000. Di Ewer perjalanan lanjut menuju Agats, kota di atas papan. Pukul 11.00 WIT kita sampai di Kantor Keuskupan Agats, Asmat, Papua. Bertemu dengan Pastor Hendrik. Pukul 11.30 setelah itu kita bertemu dengan Habibi dan Agung di rumah tamu Keuskupan Agats. Kita berkoordinasi terkait perkembangan Sokola literasi di Mumugu Batas Batu.

Kata Habibi, Sokola dengan Keuskupan melalui Pastor Hendrik, sedang mengadakan belajar bertani dan membuat kolam ikan di samping sekolah untuk murid-murid. Jadwal belajar mengajar (dalam perkembangan akan berubah) pada Senin-Selasa proses  Baca-tulis, Rabu pagi pelajaran Agama yang dibawakan oleh Anselmus S. Prera (29) Guru Katekis Keuskupan Agats. Sore harinya belajar baca tulis, Kamis  pagi dan sore belajar mengajar, Jumat Olahraga, Sabtu libur, Minggu Ibadah.

Melihat Pendidikan di Mumugu Batas Batu, Asmat

Kurang lebih 90 anak usia 0-4 dan 15-19 tahun dan pemuda di atas umur 20-an buta aksara,  selain itu, guru menjalankan tugasnya hanya sebatas sebagai pekerjaan, tidak untuk sebagai pengabdian mengajarkan akan pentingnya pendidikan padahal, gaji para guru untuk daerah terpencil cukup besar di daerah Asmat itu.

Para guru PNS pernah ditugaskan di Mumugu Batas Batu namun alasan dengan kondisi wilayah (tidak ada sinyal, kesulitan mengajar, dan 90 persen masyarakat Mumugu Mengidap penyakit kusta) membuat para guru tidak betah untuk tinggal.

Beberapa guru juga pernah diusir oleh masyarakat dengan alasan mengajar hanya setengah hati alias sehari mengajar seminggu tidak, bahkan ada yang mengajar hanya dua hari, lalu beralasan turun ke Kabupaten Agats untuk belanja padahal sudah tidak balik lagi.

Di lain pihak, kondisi anak-anak murid kurang kosentrasi saat mengajar disebabkan kondisi tubuh yang mengidap penyakit seperti malaria, kusta dan lainnya.

Maria Goretti Yonathan salah satu guru SD di Agats, Kabupaten Asmat mengatakan di Papua khususnya di Asmat banyak orang-orang tidak mau sekolah. Selain itu, banyak guru yang tidak mau mengajar dengan alasan kondisi geografi. ”Jadi, langkah pertama seharusnya membangun kepercayaan pada murid akan pentingnya pendidikan sebab, banyak murid yang tidak percaya lagi dengan guru,” kata Maria yang juga rencananya akan menjabat sebagai Kepala Sekolah SD di Mumugu Batas Batu.

”Seharusnya para guru khususnya yang bertugas di daerah terpencil harus betul-betul mengabdi bukan hanya menjalankan pekerjaan sebagai guru.Selain itu, tunjangan untuk guru daerah terpencil saja cukup besar berkisar 10 juta, ada guru yang baru bertugas sudah menerima tunjangan,” katanya. Guru tamatan SMA bergaji Rp.900.000,lulusan D2 Rp.1,2 juta, dan S1 Rp.1,8 juta perbulan. Untuk dana BOS berkisar 175.000.000.” tambahnya.

Bersambung................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar