Kamis, 25 Juni 2015

Terapung di Tengah Sungai, Kisah di Teluk Flamingo


Sore itu ada kapal kayu milik pak Herman, pedagang yang membuat toko kecil di Batas Batu yang akan ke Agats, Habibi langsung bergegas, ia kemudian mengajak aku untuk ikut, katanya harus mementingkan kesehatan jadi saya dan Pulunk harus periksa kesehatan ke RSU Agats.

Hari itu tepat pukul 15.00 WIT kita bertolak dari Batas Batu ke Agats. Hanya empat bungkus biscuit dan tiga botol air mineral yang kita bawa untuk persiapan di atas kapal kayu itu sebab perjalanan dengan menggunakan kapal kayu bermesin 40 pk memakan waktu yang cukup lama melewati sungai-sungai kecil dan arus deras.

Tidak terasa, hari sudah semakin larut, gelap gulita di tengah sungai, hutan rimba. Hujan kemarin membuat arus sungai semakin deras, beberapa kali mesin mati. Kali ini kapal yang kita tumpangi terapung begitu saja, kuranglebih satu jam. Motoris yang mengotak atik mesin, terengah-engah, ia terlihat jengkel, saking gelapnya, Handphone miliknya masuk ke dalam galon bensin. Ia terlihat marah.

Mesin sudah menyala, kali ini motoris akan melewati jalan pintas sungai kecil namun tidak berhasil, arus yang deras hampir membalik kapal kayu itu. Beberapa kali kita coba melewati sungai kecil itu namun arus terus menghantam kapal kayu hingga badan kapalpun bertabrakan dengan tanah di bibir sungai. Habibi dan saya yang coba membantu menggunakan bambu agar kapal kayu tidak karam. Tenaga pun terkuras karena tidak mampu menahan kerasnya arus. Akhirnya kita memilih untuk tidak melewati jalan pintas itu.

Kita hampir tersesat akibat kabut tebal pada malam itu, motoris beberapa kali bolak-balik mencari jalan. Mata motoris ditutupi oleh gelapnya malam disertai kabut. Beruntung motoris masih menguasai jalur  sungai-sungai kecil karena sudah sering waktu pulang-pergi mumugu-agats. Habibi yang mencoba menjadi komando sambil berdiri di depan kapal dan mengarahkan jalan tapi tidak pernah dihiraukan oleh motoris yang sudah mulai khawatir.

Kabutpun tiba-tiba reda, lampu-lampu mulai terlihat ”Sepertinya itu pelabuhan,” Teriak Habibi. Pelabuhan Sawaerma sudah terlihat, kita berhenti 20 menit di situ untuk membeli makanan karena air dan biskuit kita tinggal sedikit, motoris kelihatan letih dan lapar. Setelah membeli makanan, perjalanan lanjut ke Agats, lautan bebas terlihat, mesin macet lagi, kali ini hampir dua jam kita terapung di teluk Flaminggo, hingga pukul 03.20 Pagi, kita sampai di Agats. Orang-orang masih tidur, kita menuju rumah ibu Maria Goretty, beliau begitu baik mau menerima kita menumpang di rumahnya. Saya, Pulunk, dan Habibi tidur di ruang tamu. Letih mulai terasa.

Bersambung ..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar