Rabu
06 Nov 2013
Sebelumnya, pada 02 November kita kedatangan TNI 10 orang yang
berencana tinggal di Pustu, kata mereka, atas izin dari Dinas Pekerjaan Umum. Pada
05 November Mumugu Batas Batu kedatangan empat orang dari dinas kesehatan, salah
satunya Dokter Muda, Kita tidak tahu nama mereka yang juga datang ke Pustu
tempat kita tinggal. Dokter Muda itu sepetinya sudah terbiasa dengan lingkungan
di sini. Mereka duduk di depan Pustu sambil mengeluarkan alat-alat medis, infirmasi lain, mereka pernah
ke sini saat ada proyek penanganan penyakit Kusta.
Siang itu Kepala Suku Daniel Menja lewat di depan
Pustu, tiba-tiba Dokter Muda itu memanggil Kepala Suku ”Bapak
Menja, sebentar sore suru masyarakat ke sini ya,”Ujar dokter muda itu,
Kepala Suku hanya mengiyakan.
”Oh
iya bapak Menja Bagaimana Kabar? Saya
sudah di tugaskan ke sini. Saya
tinggal di sini tugas sampai 10 tahun,”
kata Dokter Muda itu dengan tegas. Dalam hati kita bersyukur, selain masyarakat
akan lebih mudah berobat, kita juga mudah untuk memeriksa kesehatan ketika
sakit, kebetulan saya dan Habibi mengidap malaria dan Pulunk mengidap tipus.
Sore harinya masyarakat berkumpul untuk memeriksa
kesehatan mereka kembali, ini kedua kalinya mereka periksa kesehatan karena
mereka semua, mulai dari anak-anak sampai orangtua mengidap penyakit kusta. Malam harinya para
dokter itu memutar kembali video saat pertama kali mereka melakukan pengobatan
penyakit kusta yang juga
dihadiri Menteri Kesehatan.
Keesokan paginya, Kita kaget bukan main. Masih
teringat di kepala Kita, kata dokter muda itu, dia akan tinggal di sini karena tugas
bahkan sampai 10 tahun. Entengnya
ia berjanji kepada Kepala Suku.
Pada sore harinya tiba-tiba kepala saya pusing
sangat, menggigil, ternyata malaria saya kambuh lagi, mulut tidak hentinya komat-kamit, entah waktu itu
ngomong apa. Habibi yang melihat saya langsung berinisiatif memanggil
Suster Belandina membangun kios di
Batas Batu, ia juga membantu masyarakat
berobat secara gratis.
”Saya
panggil suster ya. Kamu
mau diinsfus?” Tanya Habibi, saya langsung
menolak dengan enteng, merasa masih kuat. Habibi dan Pulunk langsung ke suster,
namun mereka kembali hanya dengan membawa beberapa jenis obat. Setelah tiga
hari, saya merasa malaria saya tidak kunjung sembuh, setiap sore dan malam
hari, malaria datang bak kereta api yang lewat. Menggigil.
Ketika sakit,
aktivitas baca tulis untuk kelompok saya ditangani oleh Pulunk, saya hanya bisa melihat
murid-murid dari balik jendela. Terdengar mereka saling berbisik ”Ado..kasihan kuri kita sakit, kita
sayang pak guru”.
Menjelang tiga hari, saya kemudian memutuskan untuk
berkunjung ke suster sore harinya. Padahal masih tidak kuat jalan, saya coba paksakan diri. Sesampai di tokonya
suster, salah satu penjaga toko mengatakan kalau suster sedang ke Agats, tidak
sadar kalau Pulunk dan Habibi mengikuti dari belakang.”Tadi pagi saya sudah cek, suster sudah ke Agast,” kata Habibi.
Ketika malaria, makanan apa saja yang masuk ke mulut
terasa hambar. Saya coba paksa makanan masuk ke mulut. Saat makan, selalu
berpikir-menghipnotis diri bahwa makanan
ini lezat sekali, akhirnya bisa makan. Dalam jangka waktu empat hari, makan
yang teratur, akhirnya saya sembuh.
Pakaian kotor bertumpuk karena semenjak malaria
sering keringatan hingga gonta-ganti pakaian. Belum seminggu saya
sudah mau berolahraga mengeluarkan keringat. Namun, dalam seminggu itu pula,
kereta malaria datang lagi, beruntung malam itu ada pak mantri dari TNI yang
menyuntik saya. Paginya ia pun menawarkan untuk menyuntik vitamin. Alhasil
malaria saya berkurang.
Penyakit
Menyerang Guru Sokola Rimba
Senin
18 Nov 2013
Malaria belum juga sembuh total, tiba-tiba penyakit
Pulunk kambuh lagi, kali ini cukup parah, selama tiga hari ia hanya terkapar di
tempat tidur meskipun sudah minum obat malaria yang diberikan suster. Namun
entah mengapa hari itu ia tetap ingin mengajar. Kali ini proses belajar di
ruang Sekolah yang letaknya tidak begitu jauh dari Pustu. Pulunk sempat muntah
saat berjalan menuju sekolah.
Habibi terlihat khawatir, ia kemudian mengajak Pulunk
untuk sama-sama turun ke Agats untuk berobat ke RSU Agats hingga pulih kembali,
kebetulan Habibi juga harus kembali ke Makassar jadi ia tidak balik lagi ke
Batas Batu.
”Kamu
mau turun juga ya, atau tinggal dulu sambil mengajar”
Tanya Habibi ke saya.
”
Berapa lama nanti di
sana,” Tanya aku.
Bersambung..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar