Kamis, 25 Juni 2015

Kejenuhan dan Rindu



Tidak terasa sudah seminggu lebih kita masih di Agats, padahal rencananya hanya tujuh hari di sini. Habibi yang rencananya kembali ke Makassar belum juga mendapat jadwal penerbangan yang pasti hingga tanggal 03 Desember 2013 baru ia mendapatkan tiket. Sementara jadwal berangkat saya dan Pulunk untuk kembalik ke Batas batu tertunda hinggal tanggal 07 Desember.

Jenuh mulai menghampiri, sosok murid-murid yang selalu belajar bersama kita siang dan malam mulai membayangi hari-hari kita, kali ini tinggal saya dan Pulunk setelah Habibi berangkat. Sementara ibu Maria masih sakit dan harus dirawat di rumah sakit, sampai kita kembali ke lokasi, ibu Maria harus dirujuk ke Timika.

Saking rindunya seorang guru Sokola Rimba terhadap muridnya, beberapa puisi saya pun tercipta dan beberapa bait terakhir puisinya di tambah oleh Pulunk, berikut puisinya.

Memahami Gelap Malam
Karya Faris Bobero & Kusnul Wahyu

Sahabat muridku
Aku tak tahu lagi harus menyayikan lagu apa
Lagu kemerdekaan ataukah lagu duka untuk kita

Sahabat muridku
Aku tak tahu lagi menjelaskan perubahan lajunya kerajaan di kota terang
Mari kita pahami gelap malam
Mungkin dia akan menjawab bahwa setelah rembulan padam dan pagi akan kembali

Itu cerita masa depan?
Ataukah itu roda kehidupan?

Sahabat muridku
Mari kita berandai, seperti kita bisa menenun hujan jadikan lembaran kain untuk seragam jiwa
Supaya kita selalu berhati damai, sejuk, dan bahagia

Sahabat muridku bersama kita belajar
Mari kita bertanya pada alam
sang guru yang hampir padam.
Agats, Asmat| 04 Desember 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar